File kurang dari :4MB
Ebook Bermanfaat
Link :
Sebagian saudara kami bertanya kepada kami tentang buku tersebut dan mengirimkannya kepada kami. setelah kami membacanya, kami mendapati sejumlah kesalahan didalamnya. Sebab itu, kami merasa terpanggil untuk menggoreskan beberapa catatan ilmiah atas beberapa kesalahan yang terdapat dalam buku tersebut sebagai bentuk nasihat kepada umat agar tidak terjatuh dalam ketergelinciran (kesalahan) tersebut.
Muhammad ibn Bundar berkata kepada al-Imam Ahmad, ''Wahai Abu 'Abdillah, sesungguhnya saya merasa berat hati untuk mengatakan 'Si Fulan pendusta!!'. ''Ahmad menjawab, ''Seandainya kamu diam saja dan saya juga diam, lantas kapan orang yang jahil mengetahui mana yang benar dan mana yang salah?!!'' [Al-Kifayah Fi Ilmi Riwayah al-Khatib (hlm.63), al-Abathil wal-Manakir al-jauzaqani (1:133), al-Maudhu'at Ibnul-Jauzi (1:43), Syarh 'Ilal at-Tirmidzi Ibnu Rajab (hlm.88)]
Pernah ada seorang berkata kepada Yahya ibn Ma'in, ''Apakah engkau tidak khawatir bila orang-orang yang engkau kritik tersebut kelak menjadi musuhmu di hari Kiamat? ''Beliau menjawab, ''Apabila mereka yang menjadi musuhku maka hal itu jauh lebih kusenangi daripada Nabi shalallahu alaihi wa sallam yang menjadi musuhku, taktala Beliau bertanya kepadaku 'Mengapa kamu tidak membela sunnahku dari kedustaan?!!!'.'' [Al-Kifayah Fi'Ilmi Riwayah al-Khatib al-Baghdadi (hlm.61)]
Alangkah indahnya ucapan al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berikut dalam Nuniyyah-nya (196-200),
Tegarlah dengan ucapan Rasul dan janganlah khawatir
Karena sedikitnya kawan dan teman
Allah Penolong agama-Nya dan kitab-Nya
Allah menjamin keamanan bagi hamba-Nya
Janganlah takut tipu daya musuh dan makar mereka
Karena senjata mereka hanyalah tuduhan dan kedustaan
Pasukan pengikut Rasul adalah para malaikat
Adapun pasukan mereka adalah bala tentara setan
Alangkah jauh perbedaan antara dua pasukan tersebut
Barang siapa mundur maka hendaknya melihat dua pasukan tersebut
Buku ini ditulis sebagai Kritikan, Revisi, catatan dan Bantahan
terhadap Judul buku ''37 Masalah Populer'', diterbitkan oleh Penerbit Tafaqquh, Pekanbaru, Riau
Yang ditulis oleh H.Abdul Shomad Lc,M.A, lahir pada 18 mei 1977 M, lulusan Universitas al-Azhar, Mesir, pada 1988 M dan Darul-Hadits, Maroko, bekerja sebagai dosen di Universitas Islam Sultan Syarif Kasim, Riau, dan mubaligh kondang sekarang yang terkenal humoris/jenaka.
Beberapa Masalah Penting
Sebelum memasuki inti kritikan terhadap buku tersebut, ada beberapa hal yang perlu kami sampaikan terlebih dahulu sebagai muqaddimah:
a. Menyibak Hakikat Ulama
Banyak orang yang mengklaim seseorang itu ulama,cendekiawan, intelektual, pakar tafsir al-Qur'an dan Hadits, hanya melihat kepada gelar yang disandangnya begitu mentereng, aktif menulis karya tulis, sering muncul di TV, atau ceramahnya banyak dihadiri masyarakat, dan sebagainya.
Ini adalah pandangan yang salah tentang hakikat ulama, karena tidak setiap yang pandai bicara dan berpidato diatas mimbar berarti dia adalah ulama, dan tidak setiap orang yang pandai menulis kitab berarti ulama, karena ulama sejati memiliki sifat-sifat yang jarang ada pada tokoh-tokoh agama sekarang ini, terutama memiliki aqidah yang lurus sesuai dengan al-Qur'an dan hadits yang shahih serta pemahaman salaf shalih.
Al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbali pernah berkata, ''Sangat disayangkan, banyak orang bodoh pada zaman sekarang menyangka bahwa setiap orang yang pandai bicara berarti dia lebih alim daripada ulama sebelumnya, bahkan ada diantara mereka yang menganggap pada seseorang bahwa dia lebih alim daripada para shahabat Nabi shalallahu alaihi wa sallam karena penjelasannya yang banyak dan pintarnya dalam berdebat.''
Beliau melanjutkan, ''Banyak orang sekarang yang tertipu dalam masalah ini, sehingga mereka mengira bahwa setiap orang yang banyak omongnya dan debatnya dalam masalah-masalah agama berati dia lebih pandai daripada yang tidak demikian, padahal harus diyakini bahwa tidak setiap orang yang lebih banyak omongnya dan debatnya berarti dia lebih pandai.'' [Bayanu Fadhlu 'Ilmi Salaf'Ala' Ilmi Khalaf (hlm. 38-40). Dan lihat penjelasan secara bagus tentang hakikat ulama, ciri-ciri mereka, perbedaan antara ulama asli dan palsu, serta etika terhadap ulama dalam kitab Qawai'id Fi Ta'amul Ma'al-'ulama' karya 'Abdurahman ibn Mu'alla al-Luwaihiq.]
Subhanallah! itu keluhan al-Imam Ibnu Rajab pada zamannya. Lantas bagaimana kalau sekiranya beliau melihat pada zaman kita sekarang?!! Oleh karenanya, marilah kita tanamkan pada diri kita masing-masing perasaan untuk mencintai dan mengagungkan kebenaran yang bersumberkan al-Qur'an dan Sunnah, dan tidak silau dengan ucapan seseorang hanya karena gelar dan popularitasnya semata. Jadikanlah timbangan kebenaran berdasarkan al-Qur'an dan Sunnah untuk menilai seseorang, jangan menjadikan kebenaran berdasarkan ucapan orang.
b. Manfaat Kritik dan Etikanya
Mengkritik suatu kesalahan sah-sah saja, baik dalam masalah aqidah atau hukum agama, bukan hal yang tercela, bahkan dianjurkan, asalkan kritikan tersebut dibangun diatas bukti yang valid, dengan adab yang baik dan sopan, serta ditulis secara ilmiah berdasarkan dalil-dalil al-Qur'an dan hadits yang shahih.
Al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali berkata dalam al-Farqu Baina an-Nashihah wat-Ta'yir (hlm. 9-12),
''Adapun menjelaskan kesalahan seorang ulama sebelumnya, apabila beradab yang baik dan sopan dalam mengkritik maka tidak apa-apa, tidak tercela.''
Lanjutnya, ''Apabila tujuan si pengkritik adalah menjelaskan ketergelinciran pendapat seorang ulama dan agar tidak diikuti manusia, maka tidak ragu lagi bahwa dia berpahala dan menegakkan pilar nasihat untuk Allah, Rasul-Nya, para pemimpin, dan kaum Muslimin secara umum...''
c. Membantah Kesalahan dan Penyimpangan Termasuk Jihad
Sesungguhnya membela kemurnian agama dan membantah kemungkaran dengan argumen dan hujjah merupakan kewajiban yang amat mulia dan landasan utama dalam agama. Oleh karenanya, para salaf shalih lebih mengutamakannya daripada ibadah sunnah, bahkan mereka menilai bahwa hal tersebut merupakan jihad dan ketaatan yang sangat utama, Al-Imam Ahmad pernah ditanya, ''Manakah yang lebih engkau sukai, antara seorang yang berpuasa sunnah, shalat sunnah, dan i'tikaf dengan seorang yang membantah ahli bid'ah?'' Beliau menjawab, ''Kalau dia shalat dan i'tikaf maka mashlahatnya untuk dirinya pribadi, tetapi kalau dia membantah ahli bid'ah maka mashlahatnya untuk kaum muslimin, ini lebih utama.'' [Majmu' Fatawa Ibnu Timiyyah (28:131)]
Banyak sekali dalil al-Qur'an, hadits, atsar salaf yang menegaskan anjuran membantah ahli bathil. Bukti akan hal itu, bahwa judul kitab yang ditulis oleh para ulama tentang bantahan kepada ahli bid'ah dan para penyesat banyak sekali bahkan berjilid-jilid. Namun orang yang melakukan tugas mulia ini harus memiliki beberapa kriteria agar bantahannya sesuai tujuan; yaitu ikhlas, berilmu, adil, dan kuat dalam berhujjah.
Dalam membantah ahli bathil terdapat beberapa faedah yang sangat mulia :
1. Menyebarkan kebenaran ditengah umat
2. Memberikan nasihat kepada penyimpang agar kembali kepada rel kebenaran
3. Membela agama dari noda-noda
4. Menunaikan kewajiban dan mendapatkan pahala serta membantu kaum muslimin
5. Mempersempit ruang gerak ahli bathil.
Dan apabila kita diam dari kebathilan dan ahli bathil, maka akan membawa dampak negatif yang banyak sekali, diantaranya:
1. Turunnya derajat Ahlussunnah karena mereka meninggalkan kewajiban agama yang mulia ini
2. Kemenangan ahli bathil diatas Ahlussunnah yang ini akan menyebabkan lemahnya kebenaran dan kuatnya kebathilan
3. Merebaknya kesesatan dan kerancuan aqidah
4. Menjadikan umat Islam hina
5. Tidak adanya pemisah antara sunnah dan bid'ah
Setelah penjelasan ini, maka janganlah anda tertipu dengan komentar sebagian orang:
''Janganlah kalian memecah belah barisan dari dalam!!''
''Janganlah menabur debu dari luar!!''
''Janganlah memunculkan perselisihan dalam tubuh umat!!''
''Kita harus toleransi antara sesama!!''
Subhanallah! Apakah kita disuruh untuk diam saja pada saat mereka menyebarkan kesesatan, kerusakan, dan kemungkaran?!!! [Diringkas dari ar-Raddu 'Ala al-Mukhalif karya asy-Syaikh Bakr Abu Zaid]
d. Syiar Ahlusunnah adalah mengikuti Dalil
Diantara ciri khas Ahlusunnah wal-Jamaah adalah mengagungkan dalil. Mereka berputar mengikuti dalil sekalipun harus dengan meninggalkan ucapan manusia. Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata, ''Ahlusunnah meninggalkan ucapan manusia karena dalil. Adapun ahli bid'ah meninggalkan dalil karena ucapan manusia.'' [Ash-Shawa'iqul-mursalah(4:1603)]
Asy-Syaikh 'Abdurrahman al-Mu'allimi berkata, ''Orang yang mengerti agama tidak menaati dalam agama kecuali kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka menerima ucapan para ulama sebagai penyampai firman Allah dan (sabda) Rasul-Nya. Oleh karena itu, mereka tidak menaati seorang pun dari ulama taktala jelas bagi mereka bahwa pendapatnya menyelisihi al-Qur'an dan Rasul-Nya. Dan jika mereka telah menerima ucapan seorang ulama kemudian jelas baginya bahwa pendapat tersebut menyelisihi al-Qur'an dan sunnah Rasul-Nya maka mereka meninggalkan pendapat tersebut. Siapapun dikalangan kaum Muslimin yang tidak mengikuti prinsip ini maka dia menyelisihi syari'at dan tidak dianggap.'' [Raf'ul-Isytibah 'An Ma'na' Ibadah wal-Illah (2:835),cet. Dar 'Alamil-Fawa'id]
Maka agungkanlah kebenaran dalam hatimu, sibukkanlah dirimu belajar bukan banyak komentar, sibuklah dengan ilmu agar engkau bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. ''Apabila engkau mendapati kebenaran dalam kritikan ini maka terimalah dengan senang hati tanpa melirik siapa yang mengucapkannya, perhatikan apa yang dia ucapkan, bukan orangnya. Sesungguhnya Allah telah Mencela orang yang menolak kebenaran hanya karena datang dari orang yang dibencinya dan mau menerima kebenaran kalau datang dari orang yang dicintainya karena itu adalah perangai umat yang tercela. Sebagian shahabat pernah mengatakan, ''Terimalah kebenaran walaupun datangnya dari orang yang kamu benci dan tolaklah kebathilan sekalipun datangnya dari orang yang kamu cintai.'' Sebagaimana apabila kamu mendapati kesalahan didalamnya, maka sesungguhnya kami telah berusaha sekuat tenaga, karena hanya Allah-lah yang MahaSempurna.'' [Madarijus-Salikin Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (3:545)
Nah, tibalah saatnya kita masuk kepada catatan ilmiah terhadap buku yang sedang viral tersebut, yang kami susun dalam beberapa poin pembahasan:
1. Catatan Masalah Aqidah
2. Catatan Masalah Hadits
3. Catatan Masalah Fiqih
Sekalipun demikian, harus diketahui bahwa kami tidak membantah seluruh isi kitab/buku tersebut. Yang kami kritik disini hanyalah fokus pada sebagian masalah, dan kami akan berusaha mengkritik secara ilmiah, beradab, dan sesingkat mungkin.
Untuk Penjelasan lengkapnya dapat dilihat dan di Download di link E-BOOK yang telah kami lampirkan
Sebagaimana tak lupa kamu berdo'a kepada Allah Ta'ala agar Membimbing Ustadz Abdul Shomad, Lc, M.A kepada kebaikan dan menjadikan beliau termasuk para da'i yang menyebarkan al-Qur'an dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman salaf shalih, serta melapangkan hati beliau dan para jama'ah beliau untuk mengikuti al-Haq. Aamiin ya Rabbal'alamin
===========
sumber : muslim.or.id
Gabung Yuk di Grup Fb
Berbagi Ilmu Kajian Sunnah: https://web.facebook.com/groups/519869562268759/
Like Fanspage Halaman Fb
Belajar Kajian Sunnah : https://web.facebook.com/abuMirza99/
repost : Berbagi Ilmu Kajian Sunnah
0 Komentar