Muqoddimah
Saudaraku seiman ketahuilah, hak Allah Ta’ala wajib kita dahulukan daripada yang lainnya,kita harus lebih bersemangat dan bersegera jika menyangkut hat-hak Allah Ta’ala, ini adalah bukti keimanan dan keluhuran akhlak serta ketinggian ma’rifat seorang hamba terhadap Rabbnya Azza wa Jalla.
Apa yang menjadi hak Allah Subhanahu wa Ta’ala atas hamba-Nya ?
Mungkin pertanyaan diatas muncul dalam benak kita, maka marilah kita simak penuturan orang yang paling mengetahui hak-hak Allah,yang paling sempurna penghambaan dirinya kepada Allah, serta paling semangat dalam memberi kebaikan kepada makhluk, yaitu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Iman Bukhari dan Imam Muslim rahimahumallahu ta’ala dalam kedua kitab shahihnya dari sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu dia berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ( يا معاذ, أ تدرى ما حق الله على عباد ؟ ) قال : الله و رسوله أعلم, قال : ( أن يعبدوه ولا يشركو به شيأ, , أ تدرى ما حقهم عليه ؟) قال : الله و رسوله أعلم, قال : (أن لا يعذبهم) و فى لفظ لمسلم : ( و حق العباد على الله عز و خل أن لا يعذب من لا يشرك به شيأ )
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : “wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas para hamba-Nya ?” Mu’adz berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui, Beliau bersabda : (yaitu)“hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, (dan) tahukah engkau hak hamba terhadap Allah ?” Mu’adz berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui, Beliau bersabda : “Dia tidak akan mengadzab mereka”1,
Dan dalam lafadz Imam Muslim : “bahwasanya Allah tidak akan mengadzab orang yang tidak menyekutukan-Nya”2
Hadits yang mulia ini secara umum mengandung tiga perkara yaitu :
Perkara Pertama : Tauhid Adalah Hak Allah Yang Paling Besar
Tauhid adalah hak Allah Ta’ala yang paling besar dan kewajiban yang paling wajib untuk ditunaikan seorang hamba, bahkan tauhid adalah sebab penciptaan jin dan manusia. Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya : tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu” (QS. Adz Dzariyat : 56).
Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah berkata : “makna liya’buduni (untuk beribadah kepada-Ku) dalam ayat tersebut adalah yuwahhiduni (mentauhidkan-Ku)3. Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin berkata : “tauhid adalah perintah Allah yang paling agung, karena dia merupakan pondasi pokok yang seluruh perkara agama ini dibangun diatasnya, oleh sebab itu Nabi Shallallahu’alaihi wasallam memulai dakwah Beliau dengan tauhid dan memerintahkan para dai yang beliau utus untuk memulai dakwah mereka dengannya.”4
Cukuplah sebagai bukti bagi kita akan urgensi masalah ini adalah Alla Ta’ala menjadikan dakwah tauhid sebagai dakwah pertama dan utama seluruh para Rasul tidak terkecuali Nabi kita Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam, Allah Ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Artinya : “dan sungguh kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan) “sembahlah Allah dan jauhilah Thagut” (An Nahl :36)
Syaikh Abdurahman As Sa’di ketika menafsirkan ayat ini berkata : “Allah Ta’ala mengabarkan bahwahsanya hujjah (keterangan) telah ditegakan pada seluruh umat, dan tidak ada satu umatpun baik yang telah lalu maupun yang datang kemudian melainkan Allah telah mengutus kepada mereka seorang rasul, yang mana seluruh para rasul itu satu dalam agama dan dakwah mereka, yaitu (menyeru) untuk beribadah Kepada Allah semata tidak ada sekutu bagiNya”. 5
Demikian juga Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam ketika mengutus para sahabat untuk mendakwahkan agama Allah, Beliau mewasiatkan agar memulai dakwah dengan tauhid sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dari sahabat Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu dia berkata : ketika Nabi Shallallahu’alaihi wasallam mengutus Mu’adz ke Yaman beliau bersabda : “sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum ahlul kitab, maka jadikanlah yang pertama kali engkau dakwahkan kepada mereka adalah agar mereka mentauhidkan Allah Ta’ala, jika mereka telah mengetahuinya maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan sholat lima kali sehari semalam….”6
Perhatikanlah wahai saudaraku Allah dan Rasul-Nya mendahulukan masalah tauhid diatas yang lainnya, bahkan lebih didahulukan daripada sholat,zakat,puasa, dan lain sebagainya, cukuplah ibrah bagi kita bahwa sesuatu yang didahulukan oleh Allah dan RasulNya pastilah merupakan sesuatu yang sangat penting.
Makna Tauhid
Tauhid secara etimologi (bahasa) adalah mashdar dari fi’il (kata kerja) “wahhada- yuwahhidu” yang artinya menjadikan sesuatu satu. Adapun secara terminologi (istilah) syar’iyyah adalah mengesakan Allah pada hal-hal yang menjadi kekhususan bagi-Nya berupa rubbubiyyah, uluhiyyah serta asma dan shifat-Nya.
Pembagian Tauhid
Para ulama membagi tauhid kedalam tiga jenis yaitu :
1. Tauhid Rubbubiyyah
Yaitu mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatanNya, dan diantara perbuatan Allah adalah menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, mengatur alam semesta memberi manfaat, mendatangkan mudharat, menyembuhkan, mengabulkan doa dan lain sebagainya. Wajib bagi kita meyakini bahwasanya Allah Ta’ala Esa dalam perbuatan-perbuatanNya. Dia melakukan sesuai kehendak dan hikmah-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia tidak membutuhkan penolong dalam kerajaan-Nya, Dia tidak memiliki sekutu dalam mencipta, menjaga dan mengatur langit dan bumi beserta isinya, tidak seorang Nabi, Malaikat atau wali apalagi yang lebih rendah daripada itu. Seluruh makhluk sangat membutuhkan dan bergantung kepada-Nya. Sebaliknya Dia tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Ini wajib diyakini dengan seyakin-yakinnya oleh seorang hamba, tidak boleh ada keraguan didalamnya. Tauhid jenis ini hampir tidak ada yang mengingkarinya kecuali sebagian kecil saja dari kalangan orang-orang dahriyun dan kafir atheis, bahkan orang-orang musyrik pada jaman jahiliyah pun menetapkan rububiyah Allah. Allah Ta’ala berfirman :
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Artinya : “katakanlah (hai Muhammad) siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan ?,maka mereka akan menjawab “Allah”. Maka katakanlah “mengapa kamu tidak bertaqwa (kepadaNya)? (Yunus : 31).
Akal tidak akan mampu menolak Rububiyah Allah, kita bisa melihat bahwa segala sesuatu pasti ada yang menciptakannya,tidak mungkin sesuatu itu menciptakan dirinya sendiri, akal juga menyaksikan keteraturan alam semesta dengan sangat rapi dan detail, maka akal akan menolak dengan tegas jika dikatakan bahwa itu semua terjadi secara kebetulan saja tanpa ada yang menciptakan dan mengaturnya. Adapun dalil-dalil secara syari diantaranya firman Allah Azza wa Jalla :
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
Artinya : “Allah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara segala sesuatu” (Az Zumar : 62).
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
Artinya : “Padahal Allahlah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu” (As Saffat : 96).
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya : tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu” (Adz Dzariyat : 56).
2. Tauhid Uluhiyyah
Yaitu mengesakan Allah dalam amal ibadahnya atau dikenal juga dengan tauhid ubudiyyah. Adapun yang dimaksud dengan ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala baik berupa perkataan maupun perbuatan, zahir maupun batin. Lalu bagaimana kita mengetahui bahwa sesuatu itu dicintai dan diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala? Jika Allah memerintahkan suatu perbuatan maka pasti perbuatan itu dicintai-Nya. Contoh-contoh ibadah sangat banyak dan luas diantaranya sholat, puasa, zakat, haji, doa, tawakal, isti’anah, isti’adzah, istighatsah, berbakti pada orang tua dan lain sebagainya yang mana seorang hamba wajib mengesakan Allah dalam semua ibadahnya dengan mempersembahkan ibadahnya ikhlas hanya untuk Allah semata, melakukannya hanya karena Allah dan hanya mengharap balasan dari Allah serta tidak menjadikan wasilah (yang tidak disyariatkan)7 dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalil-dalil tauhid Uluhiyyah diantaranya:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Artinya : “padahal mereka hanya diperintah hanya menyembah Allah, dengan ikhlas mentaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama dan juga untuk melaksanakan sholat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus” (Al Bayyinah: 5).
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya : “Bertawakallah kamu hanya kepada Allah jika kamu benar-benar orang-orang beriman” (Al Maidah : 23).
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Artinya : “Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan” (Al Fatihah : 5).
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Artinya : “Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka janganlah kalian menyembah seorang pun disamping (menyembah) Allah” (Al Jin : 18).
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
Artinya :“Ketahuilah sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah dan mintalah ampun atas dosamu” (Muhammad : 19).
Pembaca yang budiman ketahuilah, bahwa kebanyakan manusia tergelincir dan tersesat dari tauhid jenis ini, baik umat-umat yang terdahulu maupun yang datang kemudian,sebagaimana kaum musyrikin pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dahulu, mereka meyakini bahwa Allahlah satu-satunya Pencipta, Pemilik dan Pengatur alam semesta akan tetapi mereka mengambil perantara dan menjadikan sekutu dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga mereka mendapat vonis kafir oleh Allah dan Rasul-Nya serta diperangi. Diantara dalilnya Firman Allah dalam Al Quran surat Yusuf ayat 31 yang telah disebutkan didepan. Perhatikan juga bagaimana keadaan iblis, dia mengakui rububiyyahAllah dalam hal penciptaan iblis berkata :
أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
“aku lebih baik daripada dia (adam), Engkau ciptakan aku dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah” (Q.S. Al A’raf : 12).
Akan tetapi sifat sombong menghalangi iblis untuk tunduk patuh pada perintah Allah, sehingga dia dilaknat dan dihinakan oleh Allah Azza wa Jalla, Allah berfirman :
قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ
Artinya : (Allah berfirman): “maka turunlah kamu darinya (surga) karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri didalamnya, keluarlah sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina” (Q.S. Al A’raf : 13).
Renungkanlah saudaraku, sekedar mengakui rububiyyah Allah saja tidaklah cukup, hingga benar-benar mentauhidkan Allah dalam uluhiyyah-Nya, mempersembahkan seluruh ibadah kepada Allah semata dan hanya mengharap balasan dari-Nya, barulah seseorang menjadi muslim muwahhid (muslim yang mentauhidkan Allah).
3. Tauhid Asma dan Shifat (Nama dan Sifat Allah)
Yaitu mengesakan Allah pada nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang Ia tetapkan untuk Diri-Nya dan menafikan dari Allah apa yang Dia nafikan dari Diri-Nya, baik yang ada dalam Al Quran maupun As Sunnah tanpa melakukan tahrif (penyelewengan), ta’thil (penolakan), takyif (penggambaran) dan tamtsil (penyerupaan) sifat-sifat Allah dengan makhluk. Contoh nama dan sifat Allah diantaranya : Ar Rahman (Maha Pengasih), Ar Rahim (Maha Penyayang), Al Alim (Maha Mengetahui), Al Bashir (Maha Melihat), Al Hayyu (Yang Maha Hidup), Al Aziz (Yang Maha Perkasa), Al Hakim (Yang Maha Hikmah) dan lain sebagainya. Seluruh Nama Allah mengandung sifat yang sempurna yang berkaitan dengan nama tersebut. Contoh Nama Allah “Al Hayyu” mengandung sifat kehidupan yang sempurna yang tidak didahului oleh ketiadaan dan diakhiri dengan kemusnahan. Nama Allah “Al Alim” mengandung sifat keilmuan yang sempurna yang tidak didahului ketidaktahuan dan diakhiri dengan kelupaan, dan demikian seterusnya.8
Sebagian ulama memasukan tauhid asma wa shifat kedalam pembahasan tauhid Rububiyyah karena termasuk perbuatan Allah, akan tetapi sebagiannya menyendirikan pembahasannya karena banyaknya penyimpangan manusia dalam masalah ini. Adapun dalil-dalil yang menetapkan Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat diantaranya adalah firman Allah :
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
Artinya : “ dan Allah memiliki Asmaul Husna (Nama-nama Yang indah) maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna Itu” (QS. Al A’raf : 180).
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya : “tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. dan Dia Maha Mendengar maha Melihat” (QS. Asy Syura : 11).
Maka wajib bagi setiap manusia untuk mengimani bahwa Allah memiliki Nama-Nama yang indah dan Sifat-sifat yang sempurna yang tidak ada kekurangan dari segala sisi yang mana Sifat-sifat tersebut tidak sama dengan sifat makhluk dan tidak melakukan penyelewengan dalam Nama dan Sifat Allah akan tetapi menerima dengan tunduk patuh, inilah sikap yang ditempuh oleh salafusholeh.
Inilah tiga macam tauhid berdasarkan penelitian pada ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang dilakukan oleh para ulama yang wajib berkumpul dalam diri seorang muslim, jika tidak ada salah satunya maka belum dikatakan seorang muslim.
Perkara Kedua: Larangan Berbuat Syirik
Setelah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyebutkan tentang masalah tauhid, beliau kemudian menyebutkan apa yang menjadi lawan darinya yaitu kesyirikan, karena pengetahuan akan sesuatu tidak akan sempurna sampai mengetahui sesuatu yang menjadi lawannya, sebagaimana seseorang bisa menikmati rasa manis (dengan sempurna) setelah dia merasakan jeleknya rasa pahit. Maka kesyirikan adalah lawan tauhid yang paling besar, tidak akan bertemu keduanya dalam diri seorang hamba melainkan salah satunya pasti hilang, baik hilang sebagiannya atau keseluruhannya. kesyirikan adalah dosa yang paling besar karena pelanggaran terhadap hak Allah, kesyirikan adalah kezaliman yang paling besar karena mempersembahkan ibadah kepada yang tidak berhak mendapatkannya, kesyirikan adalah sumber segala macam kesesatan dan merupakan jalan pintas tercepat menuju neraka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya : “ sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar” (Q.S. Luqman 13).
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Artinya : “Dan barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang jauh” (Q.S. An Nisa: 116).
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ
Artinya : “Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, sungguh Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka” (Q.S. Al Maidah: 72).
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Artinya : “Siapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh dia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An Nisa 48).
Makna dan Pembagian Syirik
Syirik adalah menyamakan Allah dengan sesuatu selain Allah pada hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah. Yang dimaksud kekhususan Allah adalah Rubbubiyah, Uluhiyyah dan Asma wa Sifat-Nya.
Syirik terbagi dua yaitu syirik akbar (besar) dan syirik asghar (kecil).
Syirik akbar adalah perbuatan syirik yang dapat menghilangkan tauhid secara keseluruhan, membatalkan seluruh amalan dan pelakunya keluar dari islam serta kekal dalam neraka, contohnya menyembah berhala, berdoa kepada selain Allah, dan sebagainya
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya : “Sekiranya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereke kerjakan” (QS. Al An’am : 88).
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
Artinya : “sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa karena mempersekutukan-Nya (syirik) dan mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia dikehendaki” (QS. An Nisa : 48).
Adapun syirik asghar adalah semua perbuatan yang disifatkan dengan syirik oleh syariat tapi tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari agama islam. Diantaranya adalah riya’. Dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
( اياكم و الشرك الاصغر ) قالو :يا رسول الله و ما شرك الاصغر ؟ قال : ( الرياء )
Artinya : “berhati-hatilah dari syirik asghar”, para sahabat berkata : wahai Rasulullah, apa yang itu syirik asghar ?, beliau berkata : riya’”9
Riya adalah menampakan amal kepada manusia dengan maksud mendapatkan pujian dan ridha mereka atau maksud-maksud keduniaan lainnya. Riya adalah penyakit yang sangat berbahaya karena yang paling berpeluang tertimpa penyakit ini adalah orang-orang berilmu dan ahli ibadah, adapun pelaku maksiat kecil kemungkinan tertimpa riya ketika berbuat maksiat, karena pujian manusia biasanya mengalir pada golongan yang pertama dan kedua. Jika seandainya muncul riya ketika beramal maka segeralah dilawan dengan mengatakan pada jiwa kita : orang yang engkau harapkan pujiannya tidak mampu memberikan manfaat sedikitpun, pujiannya tidak akan menambah derajatmu disisi Allah Ta’ala,bahkan dia sendiri tidak Mampu memberi manfaat pada dirinya jika tidak dengan izin Allah, pahala dari Allah Azza wa Jalla terlalu berharga untuk dijual dengan pujiannya, dan sama sepertimu, dia hanyalah salah satu hamba Allah yang tidak berdaya dihadapan Allah Azza wa Jalla, maka untuk apa engkau mencari ridhonya. Insya Allah riya akan hilang.
Satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa syirik asghar adalah merupakan dosa terbesar setelah syirik akbar dan lebih besar dosanya daripada dosa-dosa besar. Imam Adz Dzahabi rahimahullah dalam kitab beliau “Al Kabair” (dosa-dosa besar) menempatkan “bab asyirku billah” (berbuat syirik terhadap Allah) pada urutan pertama, dan bab ini mencakup kedua macam syirik tadi.
Saudaraku, kesyirikan apapun bentuknya merupakan pelanggaran dan pelecehan terhadap hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka hendaknya kita meninggalkan dan menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari yang namanya kesyirikan.
Perkara Ketiga: Balasan Bagi Ahlu Tauhid
Diantara balasan dan keutamaan yang akan didapatkan oleh ahlu tauhid adalah :
1. Mendapatkan keamanan dan petunjuk didunia dan akhirat.
Allah Ta’ala berfirman :
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Artinya : “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukan iman mereka dengan kesyirikan, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan rasa aman dan mereka mendapat petunjuk” (QS. Al An’am : 82).
Yang dimaksud dengan “kezaliman” pada ayat tersebut adalah kesyirikan10. Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “mereka adalah orang-orang yang mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan mereka juga tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mereka itulah orang-orang yang pada hari kiamat kelak akan mendapatkan keamanan dan petunjuk didunia dan akhirat11.
2. Diampuni sebesar apapun dosanya
Dalam sebuah hadits dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata: saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman : “wahai anak adam seandainya kalian mendatangi-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi dan kalian bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun maka sungguh Aku akan datang padamu dengan ampunan sepenuh bumi pula””12
3. Masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang panjang yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam Shohih keduanya, ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menceritakan tentang beberapa kejadian di malam Isra’, Beliau bersabda: “kemudian saya melihat sekumpulan manusia yang sangat besar (jumlahnya), dikatakan kepadaku “mereka itu adalah umatmu, diantara mereka ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab –sampai perkataan beliau- “mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak melakukan kay (pengobatan dengan besi panas), tidak melakukan tathayur (menganggap bernasib sial dengan burung atau yang lainnya) hanya kepada Rabb merekalah mereka bertawakal”.13
4. Dijauhkan dari azab neraka
Sebagaimana hadits yang telah disebutkan di awal, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “hak hamba atas Allah Azza wa Jalla adalah Dia tidak akan mengadzab orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”14.
Syaikh Shalih Alu Syaikh rahimahullah berkata : “makna kata “hak” pada sabda Beliau “hak hamba atas Allah” adalah hak yang Allah Ta’ala wajibkan atas Diri-Nya, sesuai kesepakatan ahli ilmu, karena terkadang Allah Azza wa Jalla mengharamkan dari Diri-Nya apa yang Dia kehendaki sesuai dengan hikmah-Nya, dan mewajibkan atas Diri-Nya apa yang Dia kehendaki sesuai dengan hikmah-Nya, sebagaimana Allah telah mengharamkan kezaliman atas Diri-Nya, demikian juga Allah mewajibkan bagi Diri-Nya beberapa hal, adapun hamba tidak berhak mewajibkan apapun atas Allah Azza wa Jalla , akan tetapi ini adalah kewajiban yang Allah wajibkan bagi Diri-Nya sebagai karunia bagi hamba-hamba-Nya dan Allah tidak menyelisihi janji-Nya”15
Kemudian Syaikh rahimahullah mengisyaratkan bagi yang ingin meneliti lebih lanjut masalah ini untuk merujuk kitab Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah (I/217,218,219 dan beberapa halaman setelahnya).
Penutup
Demikianlah pembahasan singkat tentang masalah yang merupakan hak Allah Azza wa Jalla yang paling besar atas hamba-hamba-Nya dan merupakan masalah yang sangat penting yang pembahasannya sangat luas, apa yang kami sampaikan disini hanya merupakan gambaran umum saja, dan sebagai nasehat bagi kami dan bagi kaum muslimin-semoga Allah memberi taufiq kepada kita semua-, hendaknya kita berhati-hati terhadap kesyirikan, sebagaimana kehati-hatian kita ketika menapaki jalan yang penuh dengan duri dan lubang, bahkan lebih hati-hati lagi terlebih dinegeri yang kita cintai ini dimana yang namanya kesyirikan telah menyentuh hampir seluruh lapisan masyarakat, baik yang minim ilmu sampai yang bergelar profesor, dari orang-orang pinggiran sampai kalangan elit, tidak aman dari yang namanya kesyirikan. Maka satu-satunya solusi untuk terbebas dari masalah kesyirikan adalah dengan menuntut ilmu, bahkan mempelajari tentang tauhid adalah fardhu ‘ain (wajib) bagi seluruh kaum muslimin, siapapun dia dan apapun profesinya wajib mempelajari masalah tauhid serta mengamalkannya dalam kehidupan. Akhirnya dengan memohon ampun dan taufiq dari Allah, semoga pembahasan yang singkat ini dapat memberi manfaat (dengan izin Allah) bagi penulis dan pembaca sekalian. Wallahu Ta’ala a’lam.
Semoga Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabat Beliau.
*
Penulis: Luqman
Artikel Muslim.or.id
___
1 Fathul bari 13/7373 cet Darul fikr hlm 347
2Al Minhaj kitabul iman I/177 cet Darul ma’rifat Beirut
3 Ushul Tsalatsah
4 Syarah ushul Tsalatsah, cet darul atsar, hlm 30
5 Taisir karimi Rahman, Darul Aqidah Mesir, hlm 632
6 Fathul bari 13/7372 cet Darul fikr hlm 347
7 Ada wasilah-wasilah yang dibolehkan dalam beribadah kepada Allah seperti bertawassul dengan Nama dan Sifat Allah dsb
8 Disadur dengan sedikit perubah dari kitab qowaidul mustla syaikh utsaimin cet darul aqidah
9 berkata iraqi : meriwayatkan hadit ini Imam Ahmad dengan sanad yang jayyid dari sahabat ibnu abbas. (lafadz dan takhrij hadits dikutip dari kitab Al Kabair Imam Adz Dzahabi,cet darul kutub ‘alamiyyah, hlm 8
10 Lihat shohih Bukhari Kitabul Iman Bab dzulman duna dzulmin,hadit no 32 dan Shohih Muslim ,kitabul iman,bab sidqul iman wa ikhlashuhu, hadits no 124 (takhrij ini dari kitab At Tamhid Lisyarhi kitabut Tauhid, syaikh Sholeh alu Syaikh, darul Imam Bukhari, hlm 44
11 Tafsir Ibnu Katsir versi bahasa Indonesia, cet Pustaka Imam Syafi’i, hlm 54
12 Dikeluarkan Imam Tirmidzi , kitab da’waat, hadits no 3540 (lafadz dan takhrij hadits dikutip dari kitab At Tamhid Lisyarhi kitabut Tauhid Syaikh Alu Syaikh,cet darul Imam Bukhari KSA, hlm 40
13 Diriwayatkan Imam Bukhari dalam shohihnya, kitabut thib no 5705 dan Imam Muslim dalam shohihnya, kitabul Iman no 220 (lafadz dan takhrij hadits ini dikutip dari kitab At Tamhid, syaikh Sholeh alu Syaikh, darul Imam Bukhari KSA, hlm 54)
14 Takhrijnya didepan
15Disadur dengan ringkas dari kitab At Tamhid Lisyarhi kitabut Tauhid, Syaikh Shalih Alu Syaikh,cet darul Imam Bukhari KSA,hlm 38.
sumber: https://muslim.or.id/27662-hak-allah-taala-yang-wajib-dipenuhi-seluruh-hamba.htmlVia HijrahApp
repost : Berbagi Ilmu Kajian Sunnah
0 Komentar