Saudaraku yang semoga dirahmati Allah
Mungkin membuat kaget sebagian kita
Bapak A memilih partai B sebagai pengusungnya
Partai tersebut, beritanya terindikasi tidak mendukung Islam
Sebagian kecewa bahkan merubah haluan pujiannya menjadi celaan
Tidak perlu mencela beliau, itu hak beliau
Beliau tentu punya pertimbangan
Dan yang terpenting, mengapa kita terlalu peduli dengan urusan orang lain?
Jika ingin memberikan nasehat kepada beliau, mengapa harus didepan umum? Disertai sindiran bahkan bully? Bukankah nasehat itu tatkala sepi dari hati ke hati
Bagaimana hasilnya sekarang? Apakah beliau merubah pilihannya dari partai B?
Jika kelak ternyata saingan beliau dalam pemilihan adalah orang yang memusuhi islam, bisa jadi haluan kembali lagi menjadi pujian
Ini membuat kita sadar wahai saudaraku
Politik praktis tidak ada musuh abadi (katanya)
Sekarang teman besok musuh, sekarang musuh besok teman
Ada tokoh yang dulu mendukung A dan dapat jatah jabatan, sempat dicela-cela, akan tetapi sekarang diusung dan dipuji karena sudah tidak pro-A lagi
POIN YANG PENTING:
Jika kita membawa-bawa nama dakwah,
hendaknya jangan terlalu hanyut dengan politik praktis
Coba cek pembicaraan kita di dunia nyata dan dunia maya:
“Apakah lebih banyak materi agama berupa ilmu (keindahan islam, aqidah tauhid, fikh) atau lebih banyak politik praktis?
Saudaraku, Jika kita pengamat politik dan ahli ilmu politik (sudah sekolah atau belajar sebelumnya), maka tidak masalah membicarakan politik, tentunya dengan bimbingan syariat
Akan tetapi jika bukan pengamat, bukan juga ahlinya kemudian atas nama dakwah akan tetapi mayoritas materinya adalah politik praktis dibandingkan materi agama, apakah layak wahai saudaraku?
Saudaraku, membicarakan politik bukan haram secara total, bahkan Islam-pun mengajarkan politik.
Akan tetapi perlu dipertimbangkan:
1. Jika ingin berbicara dan praktek kedokteran maka harus ahli, tentu berbicara politik harus ahli juga dan dalam bimbingan syariat
Ada kemungkinan berbicara politik praktis berdasarkan berita (yang di zaman sekarang banyak hoax dll) dan tidak ahli sehingga “dakwah politik” justru menjadi bumerang bagi dakwah
2. Tidak semua materi politik praktis harus dibicarakan di depan publik karena menimbang mashalahat dan mafsadat
Syaikh Al-Utsaimin menjelaskan:
أنا رأيي: أن الكلام في السياسة في عامة الناس خطأ؛ لأن السياسة لها رجال وأقوام، رجالها ذوو السلطة والحكم
“Saya berpandangan bahwa berbicara mengenai politik kepasa masyarakat awam (di depan publik atau sosmed) itu adalah sebuah kesalahan. Karena politik itu ada orang-orang khusus yang kompeten membahasnya. Yaitu orang-orang yang memiliki kekuasaan dan kebijaksanaan” (Bab Al-liqa Al-maftuh no.96)
3. Terkadang kita membaca berita politik praktis yang menyedihkan atau membuat geram misalnya
Karena terlalu banyak (ingat terlalu banyak) dan setiap hari, justru membuat hati lebih banyak sedih dan lemah, karena kita pun tidak bisa melakukan apa-apa hanya bisa geram saja
Dalam artian tidak bisa melakukan tindakan nyata yang bisa banyak berubah
Berbeda jika kita membaca dan share materi-materi indahnya Islam, semangat dan dakwah orang terdahulu serta materi dan pembicaraan yang menambah ilmu dan keimanan
Saudaraku, bukan berarti kita diam total, tetapi masih ada jalan lainnya bagi kita yang bukan ahli politik dan tidak bisa banyak berbuat dalam politik
Bahkan ulama menjelaskan,
من السياسة ترك السياسة
“Termasuk politik adalah meninggalkan politik praktis”
Saudaraku, politik tidak haram secara total
Maksud politik praktis adalah berita-berita politik setiap hari dan terus-menerus. Padahal berita itu belum tentu benar juga dan kita terlalu sibuk mengomentari dan berdiskusi padahal bukan ahlinya sampai-sampai lupa dan lalai dengan dakwah sesungguhnya
Tentu kurang layak dinamakan dakwah atas nama Islam
Jika anda seorang ahli politik, sudah mempelajari politik dengan mendalam, maka silahkan beri pencerahan kepada umat mengenai politik tentunya dalam bimbingan syariat. Semoga bermanfaat bagi umat dan jalan jihad anda.
Semoga jalan dakwah ini lebih berkah dengan bimbingan syariat dan semoga kita mendapatkan ridha Allah dengan dakwah ini dan mendapat balasan surga tertinggi. Aamiin.
@Yogyakarta tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
sumber : Artikel http://www.muslimafiyah.com Via HijrahApp
repost : Berbagi Ilmu Kajian Sunnah
0 Komentar