Kata Mereka Bid’ah Itu Baik, Padahal Nabi Bersabda Bid’ah Itu Jelek dan Sesat



Kata mereka “bid’ah dalam agama itu ada yang baik”

Padahal nabi bersabda :

كل بدعة ضلالة .

” Semua bid’ah itu sesat ( HR. Ibnu Majah )

Lalu siapa yang harus ku ikuti ? Rasulullah atau mereka..?

Kata mereka “bid’ah dalam agama itu ada yang baik”

Sementara Ibnu Umar mengatakan :

كل بدعة ضلالة وإن رآها الناس حسنة

“ Seluruh bid’ah itu sesat sekalipun manusia memandangnya baik. ( Al Lalika’i 11/50 )

Lalu siapa yang harus ku benarkan..? Ibnu Umar atau mereka.?

Kata mereka “ bid’ah dalam agama itu ada yang baik”

Tapi kata Ibnu Mas’ud:

اتبعوا ولا تبتدعوا فقد كفيتم كل بدعة ضلالة

” Ikutilah dan jangan membuat hal-hal yang baru, sungguh kalian telah dicukupi (dengan sunnah)” ( Az Zuhdu: 8960 )

Lalu siapa yang harus ku dengar..? Ibnu Mas’ud atau mereka.?

Kata mereka “bid’ah dalam agama itu ada yang baik”

Namun Imam Malik berkata :

من ابتدع في الإسلام بدعة يراها حسنة فقد زعم أن محمدا ﷺ خان الرسالة

“ Siapa yang membuat bid’ah dalam agama, dan memandangnya sebagai sesuatu yang baik, berarti dia telah menuduh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengkhianati risalah” ( Al I’tishom 1/64-65 )

Lalu siapa yang harus ku ikuti..?

Kata mereka “ Bid’ah dalam agama itu ada yang baik ”

Padahal Imam Syafi’i berkata :

من استحسن فقد شرع

“ Barang siapa yang menganggap baik (urusan-urusan baru dalam agama), maka ia telah membuat syariat” ( Syarh Tanqih Al Fushul: 452 )

Dia juga pernah mengatakan:

ولو جاز لأحد الاستحسان في الدين : لجاز ذلك لأهل العقول من غير أهل العلم, ولجاز أن يشرع في الدين في كل باب, وأن يخرج كل أحد لنفسه شرعا !

” Andai seseorang boleh melakukan istihsan ( Menganggap Baik ) dalam agama, niscaya hal tersebut menjadi boleh bagi setiap siapa saja yang cerdas sekalipun bukan dari ahli ilmu, dan boleh baginya membuat syariat pada setiap bab dalam agama, juga boleh bagi setiap orang membuat syariat untuk dirinya sendiri.

Masih di halaman yang sama, kata beliau:

إنما الاستحسان تلذذ

“ Sesungguhnya istihsan itu hanyalah menuruti selera hawa nafsu” . ( Ar-Risalah: 507 )

Lalu siapa yang harus ku dengar ?

Allah berfirman:

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” ( QS. Al Ahzab: 21 ).

Sudahlah. …

Sekarang ku tau siapa yang harus ku ikuti…

Bukankah Rabb kita telah berfirman:

{ اليوم أكملت لكم دينكم }

“ Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu”. ( QS. Al Maidah: 3 ) …??

Bukankah Rasul kita telah bersabda:

ما تركت شيئاً يقربكم إلى الله ويباعدكم عن النار إلا و قد أمرتكم به، وما تركت شيئاً يباعدكم عن الله ويقربكم إلى النار إلا وقد نهيتكم عنه

” Tidaklah aku tinggalkan sesuatu pun dari apa-apa yang dapat mendekatkan kalian kepada Allah dan menjauhkan kalian dari neraka, melainkan telah aku perintahkan kepada kalian. Begitu pula tidaklah aku tinggalkan sesuatu pun dari apa-apa yang dapat menjauhkan kalian dari Allah dan mendekatkan kalian ke neraka melainkan aku telah melarang kalian darinya.” ( HR. Syafi’i dalam Ar Risalah )

Sudahlah. …

Bukankah sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah..?

________
Penulis:Ustadz Aan Chandra Thalib حفظه الله تعالى
Sumber : BBG AL-ILMU

Posting Komentar

0 Komentar