Nasib Orang Fanatik Buta Di Hari Kiamat
Allah ta’ala berfirman :
“Dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong,
“Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu maka dapatkah kalian menghindarkan dari kami azab Allah (walaupun) sedikit saja?”
Mereka menjawab, “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepada kalian. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.” (Qs. Ibroahim: 21)
Syaikh Abdurrohman bin Nashir As-Si’di rahimahulah berkata,
أي: التابعون والمقلدون { لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا } وهم: المتبوعون الذين هم قادة في الضلال { إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا } أي: في الدنيا أمرتمونا بالضلال وزينتموه لنا فأغويتمونا
“Dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong,
“Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu maka dapatkah kalian menghindarkan dari kami azab Allah (walaupun) sedikit saja?”
Mereka menjawab, “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepada kalian. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.” (Qs. Ibroahim: 21)
Syaikh Abdurrohman bin Nashir As-Si’di rahimahulah berkata,
أي: التابعون والمقلدون { لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا } وهم: المتبوعون الذين هم قادة في الضلال { إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا } أي: في الدنيا أمرتمونا بالضلال وزينتموه لنا فأغويتمونا
“Orang-orang yang lemah yaitu para pengikut yang fanatik dan taqlid buta “kepada orang-orang yang sombong” mereka adalah para tokoh panutan yang menjadi pelopor dalam kesesatan. “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu” sewaktu di dunia, kalian dahulu memerintahkan kami kepada kesesatan dan menghias kesesatan itu dengan kepandaian retorika kalian sehingga kalian menjerumuskan kami kepadanya.”
(Taisirul Karim hlm. 424)
0 Komentar