Jaga Shalatmu Dengan Baik, Maka Rezeki Akan Mendatangimu


Selain tingginya kedudukan ibadah shalat bagi umat muslim  di sisi Allah Taála, efek positif dari solat juga dapat langsung menyentuh kehidupan kita sebagai manusia..
Bukankah kita telah mendengar Firman Allah Taála

إِنَّالصَّلَاةَتَنْهَىعَنِالْفَحْشَاءوَالْمُنكَرِ

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (QS.Al-Ankabut: 45).

Shalat yang benar akan membentuk diri manusia untuk menjadi lebih terjaga dari perbuatan buruk dan dosa-dosa. tetapi disamping itu, shalat juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan urusan rezeki.Coba kita perhatikan dua ayat berikut ini,

رَّبَّنَاإِنِّيأَسْكَنتُمِنذُرِّيَّتِيبِوَادٍغَيْرِذِيزَرْعٍعِندَبَيْتِكَالْمُحَرَّمِرَبَّنَالِيُقِيمُواْالصَّلاَةَفَاجْعَلْأَفْئِدَةًمِّنَالنَّاسِتَهْوِيإِلَيْهِمْوَارْزُقْهُممِّنَالثَّمَرَاتِلَعَلَّهُمْيَشْكُرُونَ

“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah- mudahan mereka bersyukur.” (QS.Ibrahim: 37)

وَأْمُرْأَهْلَكَبِالصَّلَاةِوَاصْطَبِرْعَلَيْهَالَانَسْأَلُكَرِزْقاًنَّحْنُنَرْزُقُكَوَالْعَاقِبَةُلِلتَّقْوَى

“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang Memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS.Thaha: 132)

Pada ayat pertama, Nabi Ibrahim alaihissalam meninggalkan keluarganya ditempat yang gersang disekitar Mekkah agar mereka melaksanakan shalat.“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat.”
Setelah ungkapan ini ia sampaikan, baru kemudian Ibrahim alaihissalam berdoa agar Allah memberikan rizki kepada keluarganya : Dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah- mudahan mereka bersyukur.

Pada ayat kedua, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam untuk mengajak keluarganya melakukan solat : Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya.

Setelah berfirman mengenai perintah solat ini, Allah melanjutkan tentang masalah rizki : Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang Memberi rezeki kepadamu.

Dua ayat ini selalu meletakkan urusan rizki setelah urusan solat. Seakan ingin menjelaskan bahwa shalat lah dengan baik maka rizki akan datang setelahnya.Sering kita menunda waktu shalat karena ada tamu ataupun urusan bisnis  yang belum selesai. Sering kita mempercepat solat kita karena ada pembeli yang datang. Sering kita melalaikan shalat hanya karena ada rapat dan ada orang penting yang harus kita temui, dan juga lain hal lain semisalnya.

Coba pikirkan, kenapa kita harus mempercepat solat demi pembeli sementara kita sedang menghadap Sang Pengatur Rizki?

Kenapa kita harus menunda solat demi bertemu klien sementara Allah lah Sang Pemegang urusan itu?Kenapa kita harus bertemu orang penting dan melupakan pertemuan dengan Dzat yang segala urusan ada ditanganNya?

MENJAGA SHALAT DAPAT MELANCARKAN REZEKI SESEORANG

Allâh Azza wa Jalla menyebutkan kaitan yang erat antara shalat dan rezeki seseorang di dalam ayat berikut, Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ﴿١٣١﴾ وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
''Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabb kamu lebih baik dan lebih kekal. Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.'' (Thâhâ/20:131-132)
Ayat tersebut dengan jelas menyebutkan bahwa orang yang mengerjakan shalat kemudian memiliki kesabaran yang kuat ketika mengerjakannya, maka dia akan diberikan rezeki oleh Allâh Azza wa Jalla tanpa bersusah payah mencarinya. Inilah ganjaran bagi orang yang bertakwa kepada Allâh Azza wa Jalla.
DI dalam kisah Nabi Syu’aib Alaihissallam, Allâh Azza wa Jalla menyebutkan perkataan Nabi Syu’aib Alaihissallam setelah kaumnya memahami bahwa shalatlah yang menahan beliau dari perbuatan mungkar:
قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا
''Syu’aib berkata, “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti nyata dari Rabbku dan dianugerahi-Nya aku dari rezki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)?'' (Hûd/11:88)
Nabi Syu’aib Alaihissallam menjelaskan kepada mereka bahwa dengan shalat dan penjelasan yang nyata dari Rabb-nya, maka Allâh Azza wa Jalla memberikannya rezeki yang baik dan halal. Berbeda dengan mereka yang sibuk mencari harta-harta haram
Meski demikian, sebagian orang tidak percaya akan adanya kaitan erat antara shalat dengan rezeki. Ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan oleh kaum Nabi Syu’aib Alaihissallam:
قَالُوا يَا شُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيرًا مِمَّا تَقُولُ
''Wahai Syu’aib! Kami tidak paham banyak hal dari apa yang kamu katakan.'' (Hûd/11:91)
Mereka mengatakan ini karena hati-hati mereka lebih terikat dan lebih tertarik pada dunia dibandingkan dengan shalat.

MARI BERTAUBAT! JANGANLAH KITA TINGGALKAN SHALAT!
Orang-orang yang belum bisa mengerjakan shalat lima waktu wajib bertaubat kepada Allâh dengan segera. Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla Maha Mengampuni para hamba-Nya yang mau bertaubat.

Di antara yang dapat meleburkan dosa adalah mengerjakan shalat lima waktu. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau Radhiyallahu anhu mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ ؟ قَالُوا : لاَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا

''Bagaimana menurut kalian jika di depan pintu seorang di antara kalian terdapat sungai yang setiap hari dia mandi di dalamnya. Apakah akan tersisa kotoran di tubuhnya?” Para sahabat menjawab, “Tidak tersisa kotoran sedikit pun di tubuhnya.” Beliau berkata, “Seperti itulah shalat lima waktu, dengannya Allâh menghapuskan dosa-dosa

Allâh Azza wa Jalla menjanjikan rezeki yang berlimpah untuk orang yang mau bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla .

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ﴿١٠﴾ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا ﴿١١﴾ وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

''Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Rabbmu! Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nûh/71:10-12)

KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Shalat dan Dzikir kepada Allâh Azza wa Jalla dapat menahan seseorang dari pekerjaan keji dan mungkar.
  2. Shalat yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar adalah shalat yang terpenuhi rukun-rukun shalat, keikhlasan, kekusyu’an, ketakutan kepada Allâh dan dzikir kepada Allâh Azza wa Jalla .
  3. Perbuatan dosa seseorang dapat menahan rezeki Allâh kepadanya dan ketakwaan dapat melancarkannya.
  4. Shalat sangat berpengaruh kepada ketakwaan seseorang dan dapat menjadi sebab dibukakannya pintu rezeki yang halal dan baik.
  5. Shalat lima waktu dapat menghapuskan dosa-dosa seseorang yang telah lalu.

Sumber artikel :inilal,almanhaj, dengan sedikit penyeseuaian dari penyusun tanpa menghilangkan bagian terpentingnya

DAFTAR PUSTAKA
  1. Aisarut-Tafâsîr li kalâm ‘Aliyil-Kabîr. Jâbir bin Musa Al-Jazâiri. Al-Madinah: Maktabah Al-‘Ulûm wal-hikam
  2. Al-‘Ibâdâtu Asbâbun Tahmî minal-Mashâ-ib wa Tarfa’uhâ Bi-idznillah. Dr. Munîrah Al-Muthlaq. MajAllâh Al-Buhûts Al-Islâmiyah vol. 94. http://www.alifta.net.
  3. Al-Jâmi’ Li Ahkâmil-Qur’ân. Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi. Kairo: Dâr Al-Kutub Al-Mishriyah.
  4. Asbâbul-Barakah fir-Rizqi. Khuthbatul-Jum’ah li Asy-Syaikh Abdul-‘Azîz Âli Asy-Syaikh. sahab.net.
  5. At-Tahrîr wa At-Tanwîr. Muhammad Ath-Thâhir bin ‘Âsyûr. 1997. Tunisia: Dar Sahnûn.
  6. Ma’âlimut-tanzîl. Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ûd Al-Baghawi. 1417 H/1997 M. Riyâdh:Dâr Ath-Thaibah.
  7. Tafsîr Al-Qur’ân Al-‘Adzhîm. Ismâ’îl bin ‘Umar bin Katsîr. 1420 H/1999 M. Riyâdh: Dâr Ath-Thaibah.
  8. Taisîr Al-Karîm Ar-Rahmân. Abdurrahmân bin Nâshir As-Sa’di. Beirut: Muassasah Ar-Risâlah.
  9. Dan lain-lain. Sebagian besar telah tercantum di footnotes.
(Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XVIII/1436H/2015M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079 )
_______
Footnote
[1] Tafsîr As-Sa’di hlm. 632
[2] HR Ahmad no. 9778.  Syaikh Syu’aib mengatakan, “Isnad-nya shahîh rijâl-nya tsiqât, rijâl Asy-Syaikhain.”
[3] Lihat kedua atsar ini dalam Tafsîr Ibni Katsîr VI/244.
[4] Lihat Tafsîr al-Qurthubi XIII/349, Tafsir Ibni Katsîr VI/283, at-Tahrîr wa At-Tanwîr XX/179-180, Tafsîr As-Sa’di dan Aisarut-Tafâsîr III/209.
[5] HR Ahmad no. 8650. Syaikh Syu’aib mengatakan, “Shahîh.”
[6] Lihat kedua atsar tersebut dalam Tafsîr Ibni Katsîr VI/282.
[7] Aisarut-Tafâsîr III/209.
[8] HR Muslim no. 82/246.


Repost : Berbagi Ilmu Kajian Sunnah























Posting Komentar

0 Komentar