CEGAH ANEMIA PADA BAYI DAN ANAK



Alhamdulillah. Allahumma shalli ‘ala muhammad wa ali muhammad.

Dua tahun pertama kehidupan adalah masa emas untuk perkembangan otak anak. Pada masa inilah sel-sel otak dan sel-sel penyokongnya terbentuk. Sel-sel penyusun otak memiliki komposisi yang kompleks dengan fungsi masing-masing. Dengan terpenuhinya kebutuhan nutrisi dua tahun perkembangan tercepat ini, diharapkan masing-masing bagian otak dapat tersusun dengan baik. Sekali lagi, pada masa perkembangan cepat inilah kebutuhan nutrisi untuk perkembangan otak lebih kritis untuk dipenuhi.

Salah satu nutrisi (mikronutrien) yang paling penting untuk pembentukan sel saraf otak dan sel-sel penyokongnya adalah zat besi (Fe). Kekurangan zat besi menyebabkan kerusakan protein. Padahal, protein adalah zat penyusun sel yang paling vital, termasuk untuk sel otak.

Selain menimbulkan gangguan struktural otak, kekurangan zat besi juga menyebabkan gangguan sinyal informasi saraf (neurotransmission). Ibarat fungsi gadget, handphone yang bagus tidak dapat berfungsi optimal jika tidak ada sinyal. Struktur otak yang baik tidak begitu bermanfaat tanpa penghantaran sinyal yang baik. Di otak, sinyal saraf dihantarkan oleh neurotransmitter. Zat besi sangat penting untuk produksi neurotransmitter. Kekurangan zat besi menyebabkan gangguan komposisi neurotransmitter di otak. Akibatnya, fungsi-fungsi otak yang mengatur penginderaan, kepribadian, memori, kecerdasan, dan lain sebagainya tidak berjalan dengan baik.

Itulah gambaran bencana akibat kekurangan zat besi. Ironisnya, menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992, ditemukan 55,5% balita Indonesia mengalami Anemia Defisiensi Besi. Di tulisan ini kita gunakan kondisi anemia defisiensi besi sebagai cerminan kekurangan zat besi secara umum di tubuhnya. Anemia hanyalah salah satu gangguan akibat kekurangan zat besi. Dari angka tersebut, kita dapat menyimpulkan banyaknya anak Indonesia yang mengalami kekurangan zat besi.

Kekurangan zat besi dapat dicegah dan diobati. Pencegahan dan pengobatan dapat diperankan oleh orang tua maupun penyedia layanan kesehatan. Artikel ini akan banyak bercerita tentang panduan bagi orang tua untuk mencegah dan mengatasi kekurangan zat besi pada anak.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan zat besi di antaranya sebagai berikut. Tips ini disusun dengan mengacu pada Pedoman Pelayanan Medis IDAI tahun 2010.

Pencegahan kekurangan zat besi:

1. Pertahankan ASI eksklusif hingga 6 bulan dan tunda penggunaan susu sapi hingga 1 tahun. Kandungan zat besi di ASI lebih tinggi daripada kandungan di susu sapi.

2. Berikan makanan tambahan yang difortifikasi (diberi nutrisi tambahan) zat besi pada waktu yang tepat, yaitu setelah 6 bulan.

3. Berikan vitamin C setelah atau saat makan, karena vitamin C membantu penyerapan zat besi.

4. Hindari zat-zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi, seperti teh dan fosfat.

5. Tingkatkan asupan zat besi hewani dan hindari minum susu berlebihan.

6. Pendidikan kebersihan lingkungan untuk menghindari infeksi penyakit. Kondisi sakit membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pemulihan.

Skrining deteksi dini anemia defisiensi besi:

– Skrining dapat dilakukan dengan mengamati kondisi fisik anemia: konjungtiva mata dan telapak tangan pucat.

– Dapat pula dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menilai kadar hemoglobin, parameter RDW dan MCV, dan kandungan zat besi dalam darah. Cara ini dilakukan oleh petugas kesehatan.

Jika ditemukan kondisi anemia defisiensi besi, diperlukan suplemen zat besi. Suplementasi zat besi juga diberikan jika bayi tinggal di daerah berisiko tinggi anemia defisiensi besi atau jika bayi tidak mendapatkan makanan tambahan yang difortifikasi zat besi. Dosis suplemen zat besi adalah 1mg/kilogram berat badan.

Tips Praktis Suplementasi Zat Besi

Kandungan zat besi tinggi terdapat pada hati ayam, kambing, maupun sapi. Tambahkan potongan kecil hati ke makanan pendamping ASI. Mungkin hati tidak lezat bagi anak. Oleh karena itu, berikan mulai dari jumlah yang sangat sedikit. Pada pekan pertama penambahan hati, berikan sebesar ujung mata pena. Pada minggu berikutnya, tambahkan dosis hati. Dan seterusnya.

Zat besi juga terkandung di sayur hijau seperti garam. Namun, zat besi dari sayuran sulit diserap oleh tubuh. Dibutuhkan jumlah yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan zat besi tubuh sehingga sulit diaplikasikan.

Nah, setelah mengetahui besarnya bahaya kekurangan zat besi pada anak kita, sekarang saatnya kita berbenah memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Agar dari rumah kita terlahir ummat yang cerdas, kuat, dan lurus pikirannya untuk menjunjung tinggi kalimat laa ilaaha illallaah.

sumber: kesehatanmuslim.com

Rewritten : Abu Mirza

Posting Komentar

0 Komentar